Wednesday, April 13, 2016

Tentang Anak Rantau

Halooo...

Wah, udah lama banget gak main ke sini. Derita sebagai mahasiswa lumayan menyita waktu gue untuk menghabiskan waktu di sini. Apalagi semenjak pindah ke kost yang baru, dimana tidak ada koneksi internet, semakin membuat gue lupa kalo gue punya blog... Maafkeun.

Tulisan kali ini gue mau curhat sekitar hal yang berkaitan dengan anak rantau. Jadi buat kalian yang menginginkan sesuatu yang berbobot dan mempunyai nilai edukasi di dalamnya, kalian salah masuk blog.  Tapi buat kalian yang lagi gabut, mau ngabisin kuota, atau jomlo, blog ini cocok untuk menambah jam terbang kalian dalam kategori ‘melakukan kegiatan sia-sia’. Gue mau cerita tentang daerah asal, tanah rantau dan orang-orang yang ditinggal pergi.

Gue sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi di kota yang mempunyai julukan sebagai 'Kota Pelajar'. Sedangkan jarak antara kota asal gue dengan tempat gue sekarang kurang lebih 600 km. Sebenernya jarak segini masih terhitung 'deket' dibandingkan temen-temen gue lainnya yang berasal dari luar pulau Jawa.Yah, tetep aja buat seorang anak dengan tipe anak rumahan yang gak pernah keluar dari zona nyamannya, jarak segini udah cukup untuk menempa diri menjadi lebih mandiri dari sebelumnya.

Sekarang gue sedang menjalani tahun kedua di perkuliahan. Makin banyak cobaan dan makin banyak kesibukkan yang sejatinya emang belum seberapa. Juga banyak hal serta masalah yang gue lewati dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini. Dan dari tiap persoalan itu selalu ada setidaknya satu nilai positif yang dapat gue ambil. Sebenernya tiap masalah atau cobaan yang dateng ke kita, pasti ada satu atau dua hal yang bisa kita ambil hikmahnya, cuma semua kembali ke diri masing-masing gimana caranya mandang masalah tersebut. Gue selalu ngeliat masalah yang dateng sebagai media untuk mengintrospeksi diri agar menjadi lebih baik. Hasilnya? Alhamdulillah… Belum ada perubahan. Ya… Semoga ada. Segera. Amin.

Jujur, gak kerasa udah dua tahun ngejalanin kuliah. Asli. Perasaan baru kemarin gue jadi Maba, baru kemarin botak, baru kemarin nyari perlengkapan ospek sampe ke Malioboro, baru kemarin bangun pagi semangat ke kampus saat hari pertama karena mau ngerasain duduk di bangku kuliah. Udah selesai duduk, berdiri, pulang lagi. Sekarang? Boro-boro semangat ke kampus, kuliah pagi jam 07.30 aja baru berangkat dari kost jam 07.30. Manfaatkanlah batas maksimum waktu telat masuk kelas yang biasa disepakati saat kontrak kuliah pada pertemuan pertama, kawan.

Kadang, di tengah sunyinya malam, gue suka kepikiran, “kenapa sih gue kuliah di Jogja?”. Disaat di daerah pulau Jawa bagian barat sana banyak perguruan tinggi (PT) ternama, gue suka kepikiran hal itu, “kenapa-harus-Jogja?”. Bahkan dalam daftar pilihan SBMPTN gue dulu, gue gak milih PT di daerah Jawa bagian barat sana, melainkan di Jogja. Meskipun gak lolos SBMPTN, gue akhirnya memilih masuk universitas swasta yang pada akhirnya jadi negeri. Juga di Kota Gudeg ini. Satu jawaban yang gue sadari dari sekian banyak yang masih jadi misteri; Gue. Jatuh. Cinta. Dengan. Yogyakarta.

Sebelum gue kuliah di sini, gue pernah beberapa kali dateng ke Jogja dengan tujuan sama seperti kebanyakan orang yang dateng ke sini, liburan. Tapi gue baru jatuh cinta dengan Jogja ketika test masuk universitas, karena kondisinya gue dateng ke sini sendirian dan tinggal di kost sodara. Dan pada saat itu gue merasakan asiknya (dan sekarang ngerasain menderitanya) ngekost. Semenjak saat itu gue memantapkan diri untuk kuliah di sini dan Alhamdulillah Here I am.

Gue berasal dari salah satu ibu kota provinsi yang terletak di ujung barat pulau Jawa. Setelah memastikan bakal menimba ilmu di Jogja, gue suka ngebanding-bandingin kota asal gue dengan Jogja. Bagaikan bumi dan langit. Asli. Mulai dari fasilitas umum, destinasi wisata sampe orang-orangnya gue bandingin. Karena kota asal gue, Serang, merupakan kota kecil. Hampir setiap kali pergi ke suatu tempat di Serang, presentase gue bakal ketemu orang yang gue kenal sekitar 75%, ketemu orang-yang-kayaknya-gue-pernah-liat-tapi-dimana-ya sekitar 60% dan ketemu orang-yang-gue-gak-kenal-tapi-dia-kenal-gue sekitar 48%. Seperti seakan lo berada di lingkaran yang itu-itu aja.

Namun perlahan, Serang mulai mencoba berubah menjadi kota yang cozy dengan banyaknya tempat nongkrong baru. Sebelum gue kuliah, tempat yang biasa buat nongkrong di sana jumlahnya bisa dihitung jari, sebut aja mekdi, sop duren dan BC (buat orang Serang pasti ngerti). Dan kini gue bersyukur udah banyak pilihan tempat buat kumpul-kumpul dan setiap ada tempat baru, hebohnya bukan main, karena hampir semua temen gue di socmed update di tempat yang sama. Setdah. Gue yang jaraknya ratusan kilometer dari Serang jadi tau perkembangan tempat ‘gaul’ di sana. Terus gue catetin dan saat gue pulang tinggal gue datengin satu-satu. HeHe.

Setelah melewati tahun pertama kuliah di Jogja, gue kembali menyadari satu hal; ternyata kota kecil yang gak punya bioskop itu, ngangenin. Faktor utamanya tentu karena orang-orang yang gue sayang semuannya ada di sana. Keluarga dan juga seorang wanita yang gue sayang telah membuat gue mengerti apa makna ‘rumah’ sebenernya. Membuat gue paham alasan gue untuk pulang. Dan menyadarkan gue untuk terus berjuang di sini.

Gue sadar bahwa perjalanan gue masih panjang. Masih banyak rintangan yang siap menghadang gue di depan sana. Masih banyak pelajaran yang harus gue ambil di sini. Salah satu pelajaran penting yang gue dapet setelah merantau adalah selalu pake jas hujan kalo hujan. Karena di Serang jarang ada orang yang pake jas hujan, jadi kalo hujan ya.. bablas aja dan sekalinya ada yang pake jas hujan gatau kenapa kayak ngeliat sesuatu yang tabu, padahal guenya aja yang norak. Tapi dengan memahami apa tujuan gue di sini dan untuk siapa gue seperti ini, gue siap menghadapi apapun yang kelak menghampiri gue. Karena gue sadar, gue bukan ‘Alone Survivor’, sokongan motivasi dan doa dari orang-orang tercinta nun jauh di sana dan bantuan dari temen-temen sesama pejuang di sini membuat gue terus termotivasi untuk menjalani hidup ke arah yang lebih baik. 

Wah, panjang juga ya… Tulisannya. Mungkin segini cukup sebagai postingan pertama di 2K16 ini. Oh iya, maafin kalo jarang banget update, gue berusaha untuk semaksimal mungkin ngejaga blog ini agar terus hidup. Buat temen-temen sesama perantau dimana pun berada, terus kejar apa yang seharusnya kalian kejar, tapi tetep berdasar pada doa dan niat baik kalian pada awalnya; menjadi seseorang yang kelak membawa dampak positif bagi keluarga, agama dan negara. Buset… berat-berat. Kalo ada yang mau disampaikan tulis aja di kolom komentar, ya! Gue pamit undur diri. Bhay!

dari Google