Halooo...
Wah, udah lama banget gak main ke sini. Derita sebagai
mahasiswa lumayan menyita waktu gue untuk menghabiskan waktu di sini. Apalagi
semenjak pindah ke kost yang baru, dimana tidak ada koneksi internet, semakin
membuat gue lupa kalo gue punya blog... Maafkeun.
Tulisan kali ini gue mau curhat sekitar hal yang
berkaitan dengan anak rantau. Jadi buat kalian yang menginginkan sesuatu yang
berbobot dan mempunyai nilai edukasi di dalamnya, kalian salah masuk blog.
Tapi buat kalian yang lagi gabut, mau ngabisin kuota, atau jomlo, blog
ini cocok untuk menambah jam terbang kalian dalam kategori ‘melakukan kegiatan
sia-sia’. Gue mau cerita tentang daerah asal, tanah rantau dan orang-orang yang
ditinggal pergi.
Gue sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan
tinggi di kota yang mempunyai julukan sebagai 'Kota Pelajar'. Sedangkan jarak
antara kota asal gue dengan tempat gue sekarang kurang lebih 600 km. Sebenernya
jarak segini masih terhitung 'deket' dibandingkan temen-temen gue lainnya yang
berasal dari luar pulau Jawa.Yah, tetep aja buat seorang anak dengan tipe anak
rumahan yang gak pernah keluar dari zona nyamannya, jarak segini udah cukup
untuk menempa diri menjadi lebih mandiri dari sebelumnya.
Sekarang gue sedang menjalani tahun kedua di
perkuliahan. Makin banyak cobaan dan makin banyak kesibukkan yang sejatinya
emang belum seberapa. Juga banyak hal serta masalah yang gue lewati dalam kurun
waktu dua tahun terakhir ini. Dan dari tiap persoalan itu selalu ada setidaknya
satu nilai positif yang dapat gue ambil. Sebenernya tiap masalah atau cobaan
yang dateng ke kita, pasti ada satu atau dua hal yang bisa kita ambil
hikmahnya, cuma semua kembali ke diri masing-masing gimana caranya mandang
masalah tersebut. Gue selalu ngeliat masalah yang dateng sebagai media untuk
mengintrospeksi diri agar menjadi lebih baik. Hasilnya? Alhamdulillah…
Belum ada perubahan. Ya… Semoga ada. Segera. Amin.
Jujur, gak kerasa udah dua tahun ngejalanin kuliah.
Asli. Perasaan baru kemarin gue jadi Maba, baru kemarin botak, baru kemarin
nyari perlengkapan ospek sampe ke Malioboro, baru kemarin bangun pagi semangat
ke kampus saat hari pertama karena mau ngerasain duduk di bangku kuliah. Udah
selesai duduk, berdiri, pulang lagi. Sekarang? Boro-boro semangat ke kampus,
kuliah pagi jam 07.30 aja baru berangkat dari kost jam 07.30. Manfaatkanlah
batas maksimum waktu telat masuk kelas yang biasa disepakati saat kontrak
kuliah pada pertemuan pertama, kawan.
Kadang, di tengah sunyinya malam, gue suka kepikiran,
“kenapa sih gue kuliah di Jogja?”. Disaat di daerah pulau Jawa bagian barat
sana banyak perguruan tinggi (PT) ternama, gue suka kepikiran hal itu,
“kenapa-harus-Jogja?”. Bahkan dalam daftar pilihan SBMPTN gue dulu, gue gak
milih PT di daerah Jawa bagian barat sana, melainkan di Jogja. Meskipun gak
lolos SBMPTN, gue akhirnya memilih masuk universitas swasta yang pada akhirnya
jadi negeri. Juga di Kota Gudeg ini. Satu jawaban yang gue sadari dari sekian
banyak yang masih jadi misteri; Gue. Jatuh. Cinta. Dengan. Yogyakarta.
Sebelum gue kuliah di sini, gue pernah beberapa kali
dateng ke Jogja dengan tujuan sama seperti kebanyakan orang yang dateng ke
sini, liburan. Tapi gue baru jatuh cinta dengan Jogja ketika test masuk
universitas, karena kondisinya gue dateng ke sini sendirian dan tinggal di kost
sodara. Dan pada saat itu gue merasakan asiknya (dan sekarang ngerasain
menderitanya) ngekost. Semenjak saat itu gue memantapkan diri untuk kuliah di
sini dan Alhamdulillah… Here
I am.
Gue berasal dari salah satu ibu kota provinsi yang
terletak di ujung barat pulau Jawa. Setelah memastikan bakal menimba ilmu di
Jogja, gue suka ngebanding-bandingin kota asal gue dengan Jogja. Bagaikan bumi
dan langit. Asli. Mulai dari fasilitas umum, destinasi wisata sampe
orang-orangnya gue bandingin. Karena kota asal gue, Serang, merupakan kota
kecil. Hampir setiap kali pergi ke suatu tempat di Serang, presentase gue bakal
ketemu orang yang gue kenal sekitar 75%, ketemu
orang-yang-kayaknya-gue-pernah-liat-tapi-dimana-ya sekitar 60% dan ketemu
orang-yang-gue-gak-kenal-tapi-dia-kenal-gue sekitar 48%. Seperti seakan lo
berada di lingkaran yang itu-itu aja.
Namun perlahan, Serang mulai mencoba berubah menjadi
kota yang cozy dengan
banyaknya tempat nongkrong baru. Sebelum gue kuliah, tempat yang biasa buat
nongkrong di sana jumlahnya bisa dihitung jari, sebut aja mekdi, sop duren dan
BC (buat orang Serang pasti ngerti). Dan kini gue bersyukur udah banyak pilihan
tempat buat kumpul-kumpul dan setiap ada tempat baru, hebohnya bukan main,
karena hampir semua temen gue di socmed update di
tempat yang sama. Setdah.
Gue yang jaraknya ratusan kilometer dari Serang jadi tau perkembangan tempat
‘gaul’ di sana. Terus gue catetin dan saat gue pulang tinggal gue datengin satu-satu.
HeHe.
Setelah melewati tahun pertama kuliah di Jogja, gue
kembali menyadari satu hal; ternyata kota kecil yang gak punya bioskop itu,
ngangenin. Faktor utamanya tentu karena orang-orang yang gue sayang semuannya
ada di sana. Keluarga dan juga seorang wanita yang gue sayang telah membuat gue
mengerti apa makna ‘rumah’ sebenernya. Membuat gue paham alasan gue untuk
pulang. Dan menyadarkan gue untuk terus berjuang di sini.
Gue sadar bahwa perjalanan gue masih panjang. Masih
banyak rintangan yang siap menghadang gue di depan sana. Masih banyak pelajaran
yang harus gue ambil di sini. Salah satu pelajaran penting yang gue dapet
setelah merantau adalah selalu pake jas hujan kalo hujan. Karena di Serang
jarang ada orang yang pake jas hujan, jadi kalo hujan ya.. bablas aja dan
sekalinya ada yang pake jas hujan gatau kenapa kayak ngeliat sesuatu yang tabu,
padahal guenya aja yang norak. Tapi dengan memahami apa tujuan gue di sini dan
untuk siapa gue seperti ini, gue siap menghadapi apapun yang kelak menghampiri
gue. Karena gue sadar, gue bukan ‘Alone Survivor’, sokongan
motivasi dan doa dari orang-orang tercinta nun jauh di sana dan bantuan dari
temen-temen sesama pejuang di sini membuat gue terus termotivasi untuk
menjalani hidup ke arah yang lebih baik.
Wah, panjang juga ya… Tulisannya. Mungkin segini cukup
sebagai postingan pertama di 2K16 ini. Oh iya, maafin kalo jarang banget update,
gue berusaha untuk semaksimal mungkin ngejaga blog ini agar terus hidup. Buat
temen-temen sesama perantau dimana pun berada, terus kejar apa yang seharusnya
kalian kejar, tapi tetep berdasar pada doa dan niat baik kalian pada awalnya;
menjadi seseorang yang kelak membawa dampak positif bagi keluarga, agama dan
negara. Buset… berat-berat. Kalo ada yang mau disampaikan tulis aja di kolom
komentar, ya! Gue pamit undur diri. Bhay!
dari Google |