Halo
Sudah lama rasanya nggak ada di sini. I mean, dalam artian gue yang sesungguhnya, bukan gue sebagai Laila atau Andre yang belakangan mengisi bagian dari blog ini.
Gue rindu juga menulis sebagai gue, dan kali ini rindu itu tak bisa tertahankan lagi sehingga gue memutuskan mencurahkan apa yang gue rasa dan pikirkan seperti dulu kala.
Tulisan ini dimulai tepat 10 menit sebelum September bergulir dan bersiap digantikan oleh Oktober. Rasanya di tengah malam ini pikiran gue nggak bisa diam, dia seakan berjalan menyusuri lorong ruang dan waktu ke beberapa waktu lalu. Ya, dia emang gemar flashback disaat gue sendiri kurang menyukai hal itu.
Ah, rasanya perasaan gue jadi lebih sentimentil belakangan ini.
Let me talk about love.
Basi banget nggak sih bahasannya? Love...cinta...mungkin sebagian dari kalian spontan bilang, “Cih,” atau mungkin juga ada yang langsung muntah ketika mendengar kata itu?
Permasalahan menyangkut hal ini seakan semakin ribet seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Dulu, pas masih jamannya cinta, Monyet. Eh, cinta monyet, kayaknya sederhana aja gitu masalah yang ditimbulkan satu kata ini. Semisal marah karena nggak bales SMS (iya, jaman gue cinta monyet dulu masih pakai SMS, Line belum lahir, BBM aja belum eksis, masih mainan YM, iya, nggak usah tanya umur, ya), terus perihal apa lagi, ya...umm atau masih bisa putus dengan alasan bosan dengan pacarnya (ini juga masih bisa terjadi di umur 20++, hanya penyelesaian masalahnya bukan dengan ganti dengan pacar baru), ya pokoknya semacam itu lah.
Sedangkan apa yang gue rasakan sekarang mengenai hal yang berkaitan dengan l-o-v-e itu begitu sulit dimengerti. Bagi hati gue, yang ia butuhkan di umur segini hanyalah rumah. Dia udah lelah dengan siklus pacaran yang menguras waktu itu, ada cewek baru-kenalan-mulai pendekatan-mulai ngerasa ada aura yang beda-ternyata dia boker di celana.
Oke, maaf kelewatan.
Siklus sederhana berupa kenalan-PDKT-jadian-berantem-putus itu akan menjadi sangat melelahkan apabila dilakukan berulang kali. Setiap hati pasti punya batas capeknya masing-masing dalam menjalani siklus iu. Hingga pada suatu saat, hati akan berbicara. “Gue udah nggak capek sama tahapan pacarnya, gue harus ketemu sama orang yang gue yakini bersama dialah gue menjalani siklus ini untuk terakhir kalinya.”
Eh, taunya nggak sesuai realita.
Emang sih, kadang hati juga nggak konsisten, ketika dia bilang. “Dia harus jadi yang terakhir.” Taunya bukan. Masih ada ‘dia-dia’ lainnya yang menunggu singgah sampai menemukan yang benar-benar menetap dan menjadikan hati itu sebagai rumahnya.
Begitu pula dengan hati gue, terakhir dia membisikan suatu hal ke gue.
“Skripsi kerjain, Di.”
Oh shit.
Salah, itu alam bawah sadar gue yang sengaja gue masukin ke penjara biar nggak berisik berbicara mengenai skripsi lagi.
Hati gue bilang kalau pilihannya kali ini nggak salah.
Kenyataannya? Ah, gue belum bisa menyimpulkan. Logika gue bilang kalau pilihan hati gue kali ini lagi-lagi salah, tapi doi kekeuh bertahan dengan pilihannya. Dia bilang, kalau ada something yang berbeda yang dimiliki dari pilihannya tapi belum kelihatan sama khalayak aja.
Gue cuma bisa nurut sambil ngerasain akibat dari kebebalan hati gue aja sih....
As i said before, persoalan tentang ini semakin ribet seiring bertambahnya umur. Atau emang guenya aja kali ya yang bikin ribet. Ah, entahlah, sebenarnya tulisan ini nggak ada poinnya. Gue cuma mau nambahain post aja biar terkesan nggak sepi ini blog.
Dan gue juga nggak mau banyak nulis kali ini, tapi ternyata udah dapat dua halaman aja di Word. Yasudah, sepertinya gue sudahi aja post ini. Untuk kalian yang sekiranya membaca ini, gue kasih standing applause karena udah bersedia membaca tulisan nirfaedah ini sampai selesai. Maaf kalau gue membuang sedikit waktu kalian yang mungkin bisa kalian gunakan untuk merubah dunia, tapi malah kalian habiskan dengan membaca tulisan ini.
Tapi, semoga inti dari maksud pikiran gue bisa ditangkap. Apa? Ya, nambah-nambahin post di blog. Sip.
Gue cabut, ya. Sampai bertemu di tulisan gue selanjutnya yang kemungkinan akan diisi kembali oleh Andre dan Laila. Ciao!