Lo orang pertama yang bukan dari SD gua yang gua kenal saat
pertama kali masuk SMP. Saat itu dengan lugunya kita saling berkenalan dengan
gaya ala anak SD, dan saat itu pula lo jadi teman sebangku gua. Masa-masa kelas
7 yang lucu, gua, lo, dan 2 orang lainnya
merupakan sahabat dekat, kita selalu menghabiskan waktu bersama, melakukan hal
gila dan lucunya walau status sudah menjadi pelajar SMP tapi sifat kita
terlihat seperti anak SD. Masih ingat dengan “Master”? Kakak kelas favorit kita
yang jadi panutan kita. Apa yang dilakukannya selalu kita ikuti. Pernah suatu
saat dia menyimpan satu pulpen di saku kemeja sekolahnya, kita mengikuti dia,
menyimpan pulpen di saku kemeja, tapi bukan satu, melainkan 5-10 pulpen, dan
itu pulpen anak-anak kelas bukan punya sendiri. Hahaha, antara lucu dan geli
saat membayangkannya. Gua yakin, kalau gak ada kalian, awal SMP gua terasa
hambar. Berkat kalian gua jadi lebih bahagia.
Memasuki kelas 8, satu dari kami pindah sekolah, jujur, gua
merasa kehilangan, terlebih saat itu memang dia yang paling dekat dengan gua
dibanding dua lainnya. Tapi dengan kesibukkan gua sebagai pelajar dan berkat 2 sahabat
gua yang lain, rasa kehilangan itu bisa tertutupi. Maaf kalau agak lebay,
karena kehilangan sahabat lebih susah dilupakkan ketimbang kehilangan pacar, apa
lagi kehilangan remote tv.
Kehilangan satu orang tidak membuat kita bertiga jadi lemes,
kita tetap ceria meski terkadang ada rasa kangen yang menghampiri. Saat itu kita
bertiga selalu kompak, sering main ke rumah satu sama lain, nginep dan
menghabiskan malam bersama. Dari 2 orang, ada satu yang paling dekat dengan
gua, tapi yang satu tetep sahabat gua namun ada beberapa hal yang gua anggap
rahasia banget gak gua bagi ke dia tapi gua bagi ke yang satunya. Gini deh,
misalkan lo punya 5 sahabat, pasti dari 5, ada satu orang yang bener-bener
spesial buat lo. Gua yakin itu. Gua gak akan menyebutkan namanya. Gua pake nama
samaran aja, kita panggil Acer.
Gua sama Acer emang deket, banyak hal gokil yang gua dan dia
lewati. Bayangin, suatu sore gua diajak dia ke rumah pacarnya, tapi
ujung-ujungnya malah nyasar di Anyer. Gua juga gak tau awalnya gimana, saat itu
gua hanya mikir seru dan asiknya menghabiskan waktu bareng sahabat. Dan sampai
sekarang gua masih suka membayangkan saat-saat asik itu. Acer sering nginep di
rumah gua tapi gua jarang nginep di rumah dia, lagian, jarak rumah kita gak
jauh kok, cuma harus ngelewatin satu lampu merah doang. Orang tua gua juga udah
akrab sama Acer, asal kalian tau, orang tua gua gak pernah seakrab ini dengan
teman gua, kecuali Acer.
Kelas 9 semester 1, kita bertiga masih gokil seperti
biasanya, walau udah disibukkan dengan persiapan Ujian Nasional, but, it’s oke, kita hadapi dengan
santai. Masuk semester 2, kita mulai goyah, entah apa yang ngebuat jadi gini,
jadi ngerasa agak jauh satu sama lain, cuma bareng-bareng pas di sekolah doang,
tapi saat di luar sekolah, udah jarang yang namanya main bareng lagi. Emang
sih, Acer sibuk banget, dia tergolong anak gaul sedangkan gua biasa aja, tapi
gua maklumi, itu kan hak dia. Hal yang sama terjadi pada sahabat gua yang satunya,
walaupun dia bukan anak gaul seperti gua, tapi dia orangnya sibuk, jadi gua
ngerasa ada yang salah diantara kita.
Welcome to Senior High School brader ! Kita bertiga masuk
SMA yang sama, Alhamdulillah. Kalau dilihat
dari awal proses daftar SMA, gua sama Acer bareng terus, ngambil formulir,
nyerahin syarat-syarat, pokoknya semua bareng deh. Singkat cerita, kita bertiga
misah kelas. Ini pertama kali gua pisah kelas dengan mereka, karena selama di
SMP kita selalu satu kelas. Seiring berjalannya waktu, gua sama Acer mulai
ngejauh, ngobrol hanya sesekali, karena dia memang sibuk. Sampai akhirnya,
sekarang ini, kita udah jauh, bahkan ketika berpapasan kita sama sekali tidak
saling tegur sapa, hanya lewat begitu saja, dan gua ngerasa aneh setiap kali
seperti itu. Entah dia merasakan hal yang sama atau tidak. Gua udah anggap ini
lost contact, kenapa? Pertama karena kesibukkan dia itu, dan dia dapat banyak
teman-teman baru yang bisa melupakan akan hadirnya gua di sini. Kalau gua sapa
kadang dia hanya tersenyum. Gua ngerasa asing. Saat dia ulang tahun juga gua
hanya mengucapkan satu-dua kata saja, gak kayak ulang tahun dia sebelumnya. Bahkan,
gua udah gak pernah sms-an sama dia. Intinya, kita udah jauh. Sendiri-sendiri.
Bahkan, terkadang orang tua gua menanyakan tentang dia,
seperti “Aldi, kok Acer jarang main ke rumah lagi?” Itu kata nyokap, sedangkan
bokap gua sering bertanya begini “Aldi, kamu masih deket gak sama Acer di
sekolah?”. Mungkin mereka melihat gua sama Acer udah gak kayak dulu lagi.
Akhirnya gua membuat analogi persahabatan gua, seperti ini.
Saat SMP kita berjalan di satu jalan saja, jalan yang lurus dan aman, sehingga
kita selalu bersama. Akhir SMP mulai terdapat hambatan-hambatan kecil, namun
dengan semangat persahabatan kita bisa lewati hambatan itu, dan saat kita SMA,
kita dihadapkan dengan jalan yang bercabang, satu ke kiri dan satu ke kanan,
saat kita berjalan bersama gua terjatuh dan tanpa lo sadari, lo pergi
meninggalkan gua, memilih satu diantara dua jalan tersebut, sedangkan gua gak
tau jalan mana yang lo ambil, kiri? Atau kanan? Gua pilih jalan sebelah kanan,
tapi apa ini jalan yang sama seperti jalan yang lo lalui? Gua hanya berjalan
mengandalkan feeling, tanpa ada lo
yang mendampingi. Gua harap jalan yang gua pilih ini benar, dan gua juga berharap
lo terjatuh tapi tak terluka, sehingga gua bisa mengejar lo dan segera
mengulurkan tangan gua untuk sahabat terbaik gua.
Hey brader, saat menulis cerita ini gua mengambil memori
lama kita yang sudah tampak diselimuti debu. Dan gua buka memori tersebut, di dalam
memori itu tersimpan dengan rapih berbagai cerita kita di folder “Best Friend”.
Tulisan ini penuh dengan emosi rasa rindu akan kita yang dulu. Saat membayangkan
moment lucu dan seru, gua tersenyum tipis, tapi saat tau realita sekarang kita
berjalan sendiri-sendiri, tak ayal gua meneteskan air mata, tapi buat sahabat
baik gua, kenapa enggak?
Sejuta harapan gua curahkan ke dalam tulisan ini. Terutama harapan
lo membaca ini dan sadar gua merindukan kita yang dulu. Gak perlu
banyak-banyak, gua cukupkan sampai di sini aja.
Hey brader, i miss the old us.