Sebenernya gue udah lama mau nulis tentang ini, cuma karena schedule gue yang padet, ya terpaksa gue pending sampai ada waktu lenggang. Entah kenapa, ada bagian dari diri gue yang selalu mendorong gue untuk membuat tulisan ini. Semoga saja apa dengan menulis ini membuat gue sedikit lebih lega.
Di postingan gue yang satu ini emosinya tebel, gue akan ngomong sesuatu yang serius dan mungkin sangat sensitif bagi sebagian orang, termasuk gue sendiri. Agama. Ya, agama. Agama gue Islam dan gue hanya ingin mengutarakan kegelisahan gue selama ini. Inget, cuma mengutarakan kegelisahan gue, jadi berbagai fakta di bawah tidak terlepas dari kesalahan gue juga. :)
Banyak yang mengganjal di hati gue tentang agama gue sekarang. Sebenernya bukan agamanya, tapi pemeluk dari agama islam tersebut. Yang akan gue bahas sekitar remaja-remajanya, termasuk gue sendiri.
Remaja sekarang, terutama pelajar, sering disibukkan dengan tugas-tugas sekolah, seperti pensi atau pentas seni, kerja kelompok, PR yang bejibun, sampai ulangan harian. Seakan-akan mengerjakan tugas atau belajar adalah kewajiban utama yang harus dilakukan, sehingga melupakan kewajiban yang paling utama, yaitu shalat. Sebenernya shalat itu bukan kewajiban, tapi kebutuhan. Gak jarang karena sibuk dengan tugas, jadi bolos shalat, atau mungkin, saking sibuknya yang tadinya 5 waktu bisa saja berkurang menjadi 2 waktu, tinggal Subuh dan Isya, karena jam-jam segitu pasti lagi di rumah. Tapi di luar sana, Dzuhur, Ashar dan Maghrib seakan dilupakan keberadaannya. Ini salah satu kegelisahaan gue dan setiap gue ngeliat ada yang seperti itu gue selalu memikirkan satu pertanyaan, "Apa nggak sempet meluangkan waktunya 5 menit untuk beribadah?". Gue hanya mengingatkan dan kalau dia bilang, "Santai, nanti aja, selesain dulu tugasnya". Tapi gue nggak yakin kalau 'nanti' di situ dilaksanakan atau tidak. It's oke. Itu hak masing-masing individu.
Gue gak terlalu sering meninggalkan shalat, tapi lebih
sering melalaikannya, misalkan shalat Dzuhur pas 5 menit lagi ashar, atau
shalat Isya pas selesai nonton liga Champions. Jujur, gue kalau ngelewatin satu
waktu shalat, perasaan gue jadi nggak tenang, gelisah terus bawaannya. Jadi,
sebisa mungkin gue menyempatkan waktu gue untuk beribadah, dimana pun, dan
kapan pun. Mungkin ini pengaruh dari bokap gue juga. Bokap gue selau ngingetin
gue kalau gue belum shalat, dan kalau gue belum shalat juga, bakal diteriakkin
terus-terusan sampe gue shalat. Gue lagi main game, bokap teriak "Aldi,
shalat!". Gue ketiduran sebelum shalat Isya, bokap teriak di telinga gue,
"Aldi, shalat!". Begitu terus sampe gue shalat. Ya, karena bosen juga
denger teriakkan bokap, akhirnya gue shalat, meski waktu itu dengan keadaan
dipaksa. Dan setiap gue mau pergi PASTI bokap bilang, "Jangan lupa shalat,
jangan ada alasan nggak sempet". Tapi semakin ke sini efeknya semakin
kerasa, gue jadi lebih disiplin dalam hal ibadah, dan saat gue berpergian, gue
selalu berusaha mencari mesjid terdekat. Kerja keras orang tua dalam mendidik
anaknya emang gak bakal sia-sia, pasti dirasain juga sama anaknya, meskipun
anaknya gak pernah bilang kalau dia menerapkan apa yang orang tuanya amanatkan.
Gak beda jauh dari shalat, gue bakal bahas tentang mengaji.
Tapi gue yakin kalian pasti suka ngaji, cuma harapan gue kalau bisa kalian
ngaji itu kayak denger lagu pas mau mandi. Biasanya saat kita mau mandi tapi
lagi denger lagu, pasti berpikir begini, "Ah, 1 lagu lagi deh". Abis
itu satu lagu lagi. Begitu terus sampe se-album. Pas mau mandi, eh, airnya
mati. Coba ngaji dibuat konsep kayak gitu, "Ah, 1 'ain lagi deh",
"Ah, 1 'ain lagi deh". Begituuu terus, tiba-tiba khatam aja. Gue
mencoba pake cara itu tapi selalu gagal, "Ah, 1 'ain lagi deh. Eh, tapi
kok jaraknya lumayan jauh ya? Lanjutin besok aja ah". Selalu begitu.
Astagfirullah.
Mungkin cukup segitu yang gue tulis. Gue juga masih mencoba
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam hal ibadah. Bukan maksud menggurui atau
apa lah itu, tujuan gue cuma ingin mengingatkan doang, supaya semuanya bisa
lebih baik. Oh iya, mohon maaf jika ada yang tersinggung dengan kata-kata gue.
Sekali lagi, ini merupakan kegelisahan gue semata. :)
Sekian dan Wassalamualaikum.
0 comments:
Post a Comment