Tuesday, October 11, 2016

Secuil Memori Masa Lalu

kfk.kompas.com
Tulisan ini dibuat ketika sore hari ditingah himpitan tugas kuliah, beban pikiran dan kenyataan bahwa ujian tengah semester hanya tinggal menghitung hari.

Gue mencoba sedikit membuat pikiran rileks dengan membaca dan menulis, juga mengenang. Mengenang masa lalu, tepatnya kembali pada masa ketika pada kesehariannya hanya ada kegembiraan. Yap, gue akan berbicara tentang masa kecil.

Seiring bertambahnya usia, permasalahan hidup yang datang juga semakin rumit adanya. Meskipun semua masalah itu datang dengan hikmah tersendiri dibaliknya, tetap saja jika datangnya bertubi-tubi kerap membuat kepala pening rasanya.

Ditemani alunan lagu yang keluar dari speaker kesayangan, gue mencoba melintasi ruang dan waktu, berjalan bertahun-tahun ke belakang hanya sekedar untuk mengundang senyum di bibir. Kenangan seperti ini seakan tertimbun oleh berbagai masalah dan beban pikiran lainnya. Seakan dewasa ini, hanya kenangan seputar asmara saja yang kita punya, padahal kita punya harta karun terpendam yang terkubur di dasar pikiran kita; kenangan masa kecil.

Ah, betapa asyiknya masa itu. Masa dimana gak ada persoalan tentang cinta. Masa dimana saat lo dateng ke sekolah, yang lo rumpiin bareng teman-teman lo ialah seputar film kartun yang hari minggu kemarin lo tonton. Bukan ngomongin si A atau si B atau si C. Masa dimana persoalan akademis hanya tentang matematika semata. 

Masa itu... Ialah masa dimana hari minggu pagi merupakan waktunya marathon film kartun. Bangun dari pagi, sarapan sembari duduk manis di depan TV. Di mulai dari Ultraman hingga Yu-Gi-Oh!. Siang hari merupakan saat istirahat dan sore ialah waktu terbaik untuk bermain bola bersama teman-teman masa kecil sampai pluit tanda akhir permainan berkumandang (baca: adzan maghrib).

Kini, berstatus sebagai mahasiswa ditambah menjadi anak kost sangat merubah gaya hidup gue. Belajar juga mengerjakan tugas sampai larut malam (bahkan pagi) dan ketika pagi hari tiba, dikombinasikan dengan cuaca dingin seketika menjelma menjadi jam tidur terbaik. Bangun tidur ketika matahari sedang terik-teriknya sehingga waktu sarapan terlewatkan dan terpaksa ‘merapel’ makan pagi dan makan siang. Rutinitas yang sangat miris tapi harus tetap dijalankan dengan... Menyedihkan.

Gue inget, selain bermain bola, gue juga pernah main kartu. Percayalah, pada waktu itu kartu merupakan jajanan yang menggiurkan untuk dibeli. Dari kartu Yu-Gi-Oh! sampai kartu Pokemon gue koleksi.

Kalau saat ini sedang viral tentang ‘kehebatan’ Kanjeng Taat Pribadi dalam menggandakan uang, sebenarnya gue pernah melakukan hal yang serupa dulu. Bukan uang, tapi kartu Yugi! Caranya cukup mudah, tinggal ngajak teman untuk main kartu Yugi dengan berbagai metode, di daerah gue ada yang namanya lemparan, tepokan, banting sampai main bandar. Siapa yang kalah dia harus menyerahkan kartunya sebanyak jumlah yang telah disepakati sesaat sebelum bermain.

Jika ada yang berpikiran bahwa itu adalah judi, sesungguhnya pikiran kalian gak salah. Ya, masa lalu gue jauh lebih suram dari gue yang sekarang.

Metode permainan yang sama bisa juga dilakukan dengan tazos. Sebuah mainan laknat yang membuat gue jadi orang yang gak bersyukur karena sering berprikalu mubazir; beli ciki, tazos-nya diambil, cikinya dibuang. Setelah judi, kemudian mubazir, sungguh masa lalu yang suram
.
Sekarang ini banyak anak kecil yang udah pacaran karena katanya ‘terinspirasi’ dari tayangan favorit mereka, yaitu sinetron hasil peranakan dari Bapak Jalanan dan Ibu Jalanan. Ya.. Itu pokoknya.

Bahkan sampai ada yang minta dibelikan motor Ninja! Mantapsoul! Tapi sesungguhnya, gue pun termasuk orang yang mudah terpengaruhi tontonan. Bukti nyatanya adalah ketika gue kecil, gue terpana melihat mobil balap mainan yang bisa nurut apa pun yang diperintahkan empunyanya. Mungkin karena pemiliknya selalu ngikutin kemana pun, sejauh apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun mobilnya melaju, makanya mobil itu merasa gak enak kalau gak nurut perintah pemiliknya. Disuruh belok, bisa. Disuruh loncat, bisa. Disuruh terbang sambil muter-muter juga bukan masalah.

Terinspirasi dari hal itu, ketika gue punya salah satu diantara mobil balapnya, yaitu Cyclone Magnum TRF lengkap dengan ban basahnya, gue coba menerapkan apa yang gue tonton. Di jalanan depan rumah, di bawah guyuran hujan, dengan penuh percaya diri gue simpen Magnum di permukaan jalan dan gue lepas. Cyclone Magnum sukses melaju sedangkan gue dengan senyum mengembang berlari di belakangnya. Gue dan Magnum tercinta berlari bersama di bawah rintik hujan. Sungguh, sesuatu yang terlalu indah jikalau dilupakan. Kebahagiaan itu terhenti ketika akhirnya Cyclone Magnum menabrak tembok tiang listrik dan terbalik.

Cylcone Magnum Tercinta

Waktu itu gak ada yang gue pikirin selain ngikutin persis dari apa yang gue tonton dan ternyata sukses. Sekarang gue berpikir, untung waktu itu Magnum gue gak mati karena kemasukan air hujan. Apalagi body-nya penuh dengan bolongan. Ah, sungguh kebodohan yang membahagiakan.

Banyak dari permainan, kegiatan dan benda-benda 'aneh' yang ada pada masa kecil gue yang gabisa diceritain secara detail di sini. Permainan macam bentengan, petak umpet, polisi-polisian, jibeh, lompat tali, layangan, kelereng, gasing, sampai ngejar kelelawar juga pernah gue lakuin.

Gue bersyukur bahwa gue masih punya kenangan indah tentang masa kecil gue. Gue percaya kalau masih banyak orang yang kenangan masa kecilnya kurang mengenakkan. Atau anak-anak yang tidak berkesempatan menikmati masa kecilnya. Seperti di Timur Tengah sana, banyak anak-anak yang sejak kecil melihat rudal berjatuhan dan melihat orang terdekatnya terluka sehingga tak sepenuhnya kenangan masa kecil mereka terisi oleh permainan, melainkan juga oleh duka dan air mata.

Semoga mereka yang mengalami hal demikian, yaitu yang gak bisa menimkati masa kecil secara utuh, kelak menjadi orang yang kuat baik fisik maupun mental. Menjadi orang yang hidup berbahagia sehingga ketika pada waktunya mereka menjadi orang tua dan mempunyai anak, anak-anak mereka dapat menikmati masa kecilnya dengan tenang dan bahagia.

Terima kasih untuk kalian, tontonan yang gak pernah jenuh menghibur gue tiap minggu. Permainan yang gak pernah bosan tuk selalu dimainkan. Teman-teman semasa kecil yang sekarang udah gak ada yang kecil lagi. Terima kasih kalian, atas riang tawa yang kalian bagikan, atas kebahagiaan yang kalian berikan serta atas kenangan indah yang kalian tanamkan. Terima kasih sekali lagi atas masa yang gak akan pernah terulang dan gak akan terlupakan itu.

Sekarang saatnya kembali ke realita, menjalani kehidupan sebagai mahasiswa dan anak kost. Bersiap menghadapi rintangan dan persoalan hidup baru dengan semangat yang membara. 


nb: 15 menit setelah nulis 3 kata terakhir semangatnya udah redup lagi.

Tuesday, October 4, 2016

Sebuah Tulisan Sederhana: Tentang Bahagia


google.com
Menjadi orang yang bahagia mungkin merupakan salah satu tujuan hidup seseorang, termasuk saya. Disamping menjadi manusia yang sukses tentu harus diimbangi oleh kebahagiaan dalam hidup. Apa lah artinya sukses besar dalam karir tapi hati selalu ditutupi oleh awan hitam dan senyum di wajah tak urung tersungging?

Sebelumnya mari telaah dulu arti dari kata ‘bahagia’, yang menurut KBBI, bahagia ialah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan), sedangkan kebahagiaan dapat diartikan sebagai kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin). Dari kedua pengertian tersebut dapat saya simpulkan bahwa rasa senang tanpa perasaan yang damai tidak bisa dikatakan bahagia.

Banyak kita jumpai suatu keadaan dimana seseorang jika sedang bersama kelompoknya ia terlihat paling riang dan tertawa paling lepas, akan tetapi saat ia berada di rumah ia merasa seperti orang yang baru saja berduka dan bahkan lupa cara tersenyum.

Apa dia pantas disebut bahagia? Saya rasa, lantang tawanya hanya sebagai tameng dari kesedihan dan kegundahan yang dia alami.

Ada ungkapan yang menyatakan, “uang tidak dapat membeli kebahagiaan.” Bagi saya ungkapan itu tidak sepenuhnya benar, terkecuali jika orang yang memiliki uang itu bisa menggunakan uangnya dengan baik untuk membuat dirinya senang dan hatinya damai. Contoh kecilnya: bersedekah.

Salah satu faktor orang tidak merasa bahagia ialah karena ia selalu melihat kebahagiaan orang lain dan berharap itu merupakan kebahagiannya juga. Padahal setiap orang punya jalan hidup yang berbeda, rintangan hidup yang berbeda, takaran ujian yang diberikan Tuhan berbeda, kesedihan yang berbeda dan kebahagiaan yang berbeda.

Setiap orang punya bahagianya masing-masing. Ada yang dengan pasangannya ia merasa bahagia. Ada yang dengan kerabatnya ia merasa bahagia. Ada yang dengan kesendiriannya ia merasa bahagia. Ada pula yang dengan melihat atau melakukan hal kecil dia merasa bahagia.

Sekali waktu, ditengah himpitan tugas dan kegiatan kuliah yang padat, saya melihat sebuah video di sosial media yang menggambarkan seorang anak kecil perempuan yang selalu menunggu kakaknya acap kali sang kakak pulang dari sekolah. Ketika sang kakak turun dari bus sekolah, adik perempuannya langsung berlari dan memeluk erat kakanya. Diinfokan bahwa kegiatan tersebut berlangsung setiap hari selama pulang sekolah.

Dari melihat video berdurasi beberapa detik tersebut, tanpa sadar sebuah senyuman tersungging dari bibir saya dan menimbulkan ketentraman dalam hati saya yang ditularkan dari kasih sayang adik dan kakak dalam video itu. Satu oase kebahagiaan sederhana ditengah terpaan kesibukkan kuliah.

Mungkin tidak semua orang merasakan hal yang sama dengan saya ketika menyaksikan video tersebut. Karena itu lah uniknya kita sebagai manusia. Kita punya takaran kebahagiaan sendiri-sendiri. Dan karena menurut saya bahagia itu sesuatu yang abstrak jadi bahagianya saya, belum tentu bahagiamu. Begitu pula kesedihan saya, belum tentu kesedihanmu.

Faktor penting lainnya untuk merasa bahagia ialah senantiasa bersyukur. Ketika merasa dirimu bersedih karena patah hati dan seakan kebahagiaanmu ikut pergi seiring perginya sang kekasih, ketahuilah seperti apa kondisimu pada saat itu? Apa air mata masih mengalir? Apa telinga masih bisa mendengar nasihat orang lain? Apa mulut masih dapat berkeluh kesah? Apa dirimu menangis di atas kasur yang nyaman dan di dalam ruangan yang sejuk?

Jika iya, maka sesungguhnya janganlah terlalu larut dalam kesedihan. Bahwasanya kondisimu masih lebih baik dibandingkan mereka yang sedang diterpa cobaan yang lebih berat, anggaplah sebuah bencana alam. Sadarilah bahwa air mata korban suatu bencana jauh lebih mengiris hati pendengarnya. Membuat meringis siapapun yang melihatnya. Maka janganlah merasa kebahagiaan itu telah sirna. Bukalah hatimu, maka dirimu akan mendapatkan kebahagiaan yang berlipat ganda dari sebelumnya.

Karena kesedihan itu selain menutup pintu kebahagiaan juga menenggelamkan semangat dalam diri. Sesungguhnya setelah malam, terbitlah fajar. Setelah badai, terlukis pelangi. Setelah sedih, datang bahagia. Dan setelah kesulitan ada kemudahan.

Bukan maksud diri tuk menggurui, saya pun terus berusaha memahami dan merasakan makna kebahagiaan sesungguhnya dalam hidup. Sekali lagi, karena menjadi manusia yang bahagia seutuhnya merupakan salah satu tujuan hidup saya.

Lakukan apa yang membuatmu bahagia. Senantiasa lapangkan hati ketika didatangi kesedihan dan selalu yakin tidak ada sedikit pun kebahagiaan darimu yang terenggut dan akan tiba waktunya gelombang kebahagiaan akan datang padamu. Juga hendaklah selalu bersyukur dengan apa yang didapat serta apa yang dimiliki. Karena bersyukur dapat membuat diri tidak merasa kekurangan dalam berbagai hal, termasuk kebahagiaan.