kfk.kompas.com |
Tulisan ini dibuat ketika sore hari ditingah himpitan tugas kuliah, beban pikiran dan kenyataan bahwa ujian tengah semester hanya tinggal menghitung hari.
Gue mencoba sedikit membuat pikiran rileks dengan membaca dan menulis, juga mengenang. Mengenang masa lalu, tepatnya kembali pada masa ketika pada kesehariannya hanya ada kegembiraan. Yap, gue akan berbicara tentang masa kecil.
Seiring bertambahnya usia, permasalahan hidup yang datang juga semakin rumit adanya. Meskipun semua masalah itu datang dengan hikmah tersendiri dibaliknya, tetap saja jika datangnya bertubi-tubi kerap membuat kepala pening rasanya.
Ditemani alunan lagu yang keluar dari speaker kesayangan, gue mencoba melintasi ruang dan waktu, berjalan bertahun-tahun ke belakang hanya sekedar untuk mengundang senyum di bibir. Kenangan seperti ini seakan tertimbun oleh berbagai masalah dan beban pikiran lainnya. Seakan dewasa ini, hanya kenangan seputar asmara saja yang kita punya, padahal kita punya harta karun terpendam yang terkubur di dasar pikiran kita; kenangan masa kecil.
Ah, betapa asyiknya masa itu. Masa dimana gak ada persoalan tentang cinta. Masa dimana saat lo dateng ke sekolah, yang lo rumpiin bareng teman-teman lo ialah seputar film kartun yang hari minggu kemarin lo tonton. Bukan ngomongin si A atau si B atau si C. Masa dimana persoalan akademis hanya tentang matematika semata.
Masa itu... Ialah masa dimana hari minggu pagi merupakan waktunya marathon film kartun. Bangun dari pagi, sarapan sembari duduk manis di depan TV. Di mulai dari Ultraman hingga Yu-Gi-Oh!. Siang hari merupakan saat istirahat dan sore ialah waktu terbaik untuk bermain bola bersama teman-teman masa kecil sampai pluit tanda akhir permainan berkumandang (baca: adzan maghrib).
Kini, berstatus sebagai mahasiswa ditambah menjadi anak kost sangat merubah gaya hidup gue. Belajar juga mengerjakan tugas sampai larut malam (bahkan pagi) dan ketika pagi hari tiba, dikombinasikan dengan cuaca dingin seketika menjelma menjadi jam tidur terbaik. Bangun tidur ketika matahari sedang terik-teriknya sehingga waktu sarapan terlewatkan dan terpaksa ‘merapel’ makan pagi dan makan siang. Rutinitas yang sangat miris tapi harus tetap dijalankan dengan... Menyedihkan.
Gue inget, selain bermain bola, gue juga pernah main kartu. Percayalah, pada waktu itu kartu merupakan jajanan yang menggiurkan untuk dibeli. Dari kartu Yu-Gi-Oh! sampai kartu Pokemon gue koleksi.
Kalau saat ini sedang viral tentang ‘kehebatan’ Kanjeng Taat Pribadi dalam menggandakan uang, sebenarnya gue pernah melakukan hal yang serupa dulu. Bukan uang, tapi kartu Yugi! Caranya cukup mudah, tinggal ngajak teman untuk main kartu Yugi dengan berbagai metode, di daerah gue ada yang namanya lemparan, tepokan, banting sampai main bandar. Siapa yang kalah dia harus menyerahkan kartunya sebanyak jumlah yang telah disepakati sesaat sebelum bermain.
Jika ada yang berpikiran bahwa itu adalah judi, sesungguhnya pikiran kalian gak salah. Ya, masa lalu gue jauh lebih suram dari gue yang sekarang.
Metode permainan yang sama bisa juga dilakukan dengan tazos. Sebuah mainan laknat yang membuat gue jadi orang yang gak bersyukur karena sering berprikalu mubazir; beli ciki, tazos-nya diambil, cikinya dibuang. Setelah judi, kemudian mubazir, sungguh masa lalu yang suram
.
Sekarang ini banyak anak kecil yang udah pacaran karena katanya ‘terinspirasi’ dari tayangan favorit mereka, yaitu sinetron hasil peranakan dari Bapak Jalanan dan Ibu Jalanan. Ya.. Itu pokoknya.
Sekarang ini banyak anak kecil yang udah pacaran karena katanya ‘terinspirasi’ dari tayangan favorit mereka, yaitu sinetron hasil peranakan dari Bapak Jalanan dan Ibu Jalanan. Ya.. Itu pokoknya.
Bahkan sampai ada yang minta dibelikan motor Ninja! Mantapsoul! Tapi sesungguhnya, gue pun termasuk orang yang mudah terpengaruhi tontonan. Bukti nyatanya adalah ketika gue kecil, gue terpana melihat mobil balap mainan yang bisa nurut apa pun yang diperintahkan empunyanya. Mungkin karena pemiliknya selalu ngikutin kemana pun, sejauh apa pun dan dalam kondisi bagaimana pun mobilnya melaju, makanya mobil itu merasa gak enak kalau gak nurut perintah pemiliknya. Disuruh belok, bisa. Disuruh loncat, bisa. Disuruh terbang sambil muter-muter juga bukan masalah.
Terinspirasi dari hal itu, ketika gue punya salah satu diantara mobil balapnya, yaitu Cyclone Magnum TRF lengkap dengan ban basahnya, gue coba menerapkan apa yang gue tonton. Di jalanan depan rumah, di bawah guyuran hujan, dengan penuh percaya diri gue simpen Magnum di permukaan jalan dan gue lepas. Cyclone Magnum sukses melaju sedangkan gue dengan senyum mengembang berlari di belakangnya. Gue dan Magnum tercinta berlari bersama di bawah rintik hujan. Sungguh, sesuatu yang terlalu indah jikalau dilupakan. Kebahagiaan itu terhenti ketika akhirnya Cyclone Magnum menabrak tembok tiang listrik dan terbalik.
Cylcone Magnum Tercinta |
Waktu itu gak ada yang gue pikirin selain ngikutin persis dari apa yang gue tonton dan ternyata sukses. Sekarang gue berpikir, untung waktu itu Magnum gue gak mati karena kemasukan air hujan. Apalagi body-nya penuh dengan bolongan. Ah, sungguh kebodohan yang membahagiakan.
Banyak dari permainan, kegiatan dan benda-benda 'aneh' yang ada pada masa kecil gue yang gabisa diceritain secara detail di sini. Permainan macam bentengan, petak umpet, polisi-polisian, jibeh, lompat tali, layangan, kelereng, gasing, sampai ngejar kelelawar juga pernah gue lakuin.
Gue bersyukur bahwa gue masih punya kenangan indah tentang masa kecil gue. Gue percaya kalau masih banyak orang yang kenangan masa kecilnya kurang mengenakkan. Atau anak-anak yang tidak berkesempatan menikmati masa kecilnya. Seperti di Timur Tengah sana, banyak anak-anak yang sejak kecil melihat rudal berjatuhan dan melihat orang terdekatnya terluka sehingga tak sepenuhnya kenangan masa kecil mereka terisi oleh permainan, melainkan juga oleh duka dan air mata.
Semoga mereka yang mengalami hal demikian, yaitu yang gak bisa menimkati masa kecil secara utuh, kelak menjadi orang yang kuat baik fisik maupun mental. Menjadi orang yang hidup berbahagia sehingga ketika pada waktunya mereka menjadi orang tua dan mempunyai anak, anak-anak mereka dapat menikmati masa kecilnya dengan tenang dan bahagia.
Terima kasih untuk kalian, tontonan yang gak pernah jenuh menghibur gue tiap minggu. Permainan yang gak pernah bosan tuk selalu dimainkan. Teman-teman semasa kecil yang sekarang udah gak ada yang kecil lagi. Terima kasih kalian, atas riang tawa yang kalian bagikan, atas kebahagiaan yang kalian berikan serta atas kenangan indah yang kalian tanamkan. Terima kasih sekali lagi atas masa yang gak akan pernah terulang dan gak akan terlupakan itu.
Sekarang saatnya kembali ke realita, menjalani kehidupan sebagai mahasiswa dan anak kost. Bersiap menghadapi rintangan dan persoalan hidup baru dengan semangat yang membara.
nb: 15 menit setelah nulis 3 kata terakhir semangatnya udah redup lagi.