Tuesday, October 4, 2016

Sebuah Tulisan Sederhana: Tentang Bahagia


google.com
Menjadi orang yang bahagia mungkin merupakan salah satu tujuan hidup seseorang, termasuk saya. Disamping menjadi manusia yang sukses tentu harus diimbangi oleh kebahagiaan dalam hidup. Apa lah artinya sukses besar dalam karir tapi hati selalu ditutupi oleh awan hitam dan senyum di wajah tak urung tersungging?

Sebelumnya mari telaah dulu arti dari kata ‘bahagia’, yang menurut KBBI, bahagia ialah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan), sedangkan kebahagiaan dapat diartikan sebagai kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin). Dari kedua pengertian tersebut dapat saya simpulkan bahwa rasa senang tanpa perasaan yang damai tidak bisa dikatakan bahagia.

Banyak kita jumpai suatu keadaan dimana seseorang jika sedang bersama kelompoknya ia terlihat paling riang dan tertawa paling lepas, akan tetapi saat ia berada di rumah ia merasa seperti orang yang baru saja berduka dan bahkan lupa cara tersenyum.

Apa dia pantas disebut bahagia? Saya rasa, lantang tawanya hanya sebagai tameng dari kesedihan dan kegundahan yang dia alami.

Ada ungkapan yang menyatakan, “uang tidak dapat membeli kebahagiaan.” Bagi saya ungkapan itu tidak sepenuhnya benar, terkecuali jika orang yang memiliki uang itu bisa menggunakan uangnya dengan baik untuk membuat dirinya senang dan hatinya damai. Contoh kecilnya: bersedekah.

Salah satu faktor orang tidak merasa bahagia ialah karena ia selalu melihat kebahagiaan orang lain dan berharap itu merupakan kebahagiannya juga. Padahal setiap orang punya jalan hidup yang berbeda, rintangan hidup yang berbeda, takaran ujian yang diberikan Tuhan berbeda, kesedihan yang berbeda dan kebahagiaan yang berbeda.

Setiap orang punya bahagianya masing-masing. Ada yang dengan pasangannya ia merasa bahagia. Ada yang dengan kerabatnya ia merasa bahagia. Ada yang dengan kesendiriannya ia merasa bahagia. Ada pula yang dengan melihat atau melakukan hal kecil dia merasa bahagia.

Sekali waktu, ditengah himpitan tugas dan kegiatan kuliah yang padat, saya melihat sebuah video di sosial media yang menggambarkan seorang anak kecil perempuan yang selalu menunggu kakaknya acap kali sang kakak pulang dari sekolah. Ketika sang kakak turun dari bus sekolah, adik perempuannya langsung berlari dan memeluk erat kakanya. Diinfokan bahwa kegiatan tersebut berlangsung setiap hari selama pulang sekolah.

Dari melihat video berdurasi beberapa detik tersebut, tanpa sadar sebuah senyuman tersungging dari bibir saya dan menimbulkan ketentraman dalam hati saya yang ditularkan dari kasih sayang adik dan kakak dalam video itu. Satu oase kebahagiaan sederhana ditengah terpaan kesibukkan kuliah.

Mungkin tidak semua orang merasakan hal yang sama dengan saya ketika menyaksikan video tersebut. Karena itu lah uniknya kita sebagai manusia. Kita punya takaran kebahagiaan sendiri-sendiri. Dan karena menurut saya bahagia itu sesuatu yang abstrak jadi bahagianya saya, belum tentu bahagiamu. Begitu pula kesedihan saya, belum tentu kesedihanmu.

Faktor penting lainnya untuk merasa bahagia ialah senantiasa bersyukur. Ketika merasa dirimu bersedih karena patah hati dan seakan kebahagiaanmu ikut pergi seiring perginya sang kekasih, ketahuilah seperti apa kondisimu pada saat itu? Apa air mata masih mengalir? Apa telinga masih bisa mendengar nasihat orang lain? Apa mulut masih dapat berkeluh kesah? Apa dirimu menangis di atas kasur yang nyaman dan di dalam ruangan yang sejuk?

Jika iya, maka sesungguhnya janganlah terlalu larut dalam kesedihan. Bahwasanya kondisimu masih lebih baik dibandingkan mereka yang sedang diterpa cobaan yang lebih berat, anggaplah sebuah bencana alam. Sadarilah bahwa air mata korban suatu bencana jauh lebih mengiris hati pendengarnya. Membuat meringis siapapun yang melihatnya. Maka janganlah merasa kebahagiaan itu telah sirna. Bukalah hatimu, maka dirimu akan mendapatkan kebahagiaan yang berlipat ganda dari sebelumnya.

Karena kesedihan itu selain menutup pintu kebahagiaan juga menenggelamkan semangat dalam diri. Sesungguhnya setelah malam, terbitlah fajar. Setelah badai, terlukis pelangi. Setelah sedih, datang bahagia. Dan setelah kesulitan ada kemudahan.

Bukan maksud diri tuk menggurui, saya pun terus berusaha memahami dan merasakan makna kebahagiaan sesungguhnya dalam hidup. Sekali lagi, karena menjadi manusia yang bahagia seutuhnya merupakan salah satu tujuan hidup saya.

Lakukan apa yang membuatmu bahagia. Senantiasa lapangkan hati ketika didatangi kesedihan dan selalu yakin tidak ada sedikit pun kebahagiaan darimu yang terenggut dan akan tiba waktunya gelombang kebahagiaan akan datang padamu. Juga hendaklah selalu bersyukur dengan apa yang didapat serta apa yang dimiliki. Karena bersyukur dapat membuat diri tidak merasa kekurangan dalam berbagai hal, termasuk kebahagiaan.





1 comment: