Waktu, salah satu artinya menurut KBBI adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung. Artinya waktu sangat terkait dengan hidup. Karena hidup manusia tak jauh dari kata proses atau perbuatan. Mulai dari proses penjajakan diri hingga proses pembelajaran semuanya terikat dengan waktu. Bahkan memori manusia terbelenggu oleh waktu. Kali ini gue akan sedikit membahas mengenai waktu.
Sebagai anak rantau, gue semakin menyadari betapa berharganya waktu. Bahkan unutk sepersejuta detik pun gue berusaha menikmatinya. Acap kali saat libur semester tiba, dan rumah menjadi destinasi liburan terbaik, waktu seakan menjadi ‘barang mahal’ dibanding apapun di dunia, bahkan berlian termahal pun tak mampu menyainginya. Waktu seakan mendekap diri gue erat dalam ikatan kebersamaan keluarga. Gue sadar, saat seperti itu gak berlansgung selamanya -pada kondisi ini. Semua kehangatan itu dapat sirna hanya dalam hitungan menit. Keinginan menghentikan waktu hanya berupa angan belaka yang mungkin juga terbesit dalam pikiran beberapa orang. Prinsipnya kuat, waktu akan terus berjalan sampai sang Pencipta yang menghentikannya.
Waktu terkadang membuat gue merasa tergelitik, ketika sadar berkatnya gue dapat berada di dua tempat berbeda, dua situasi kehidupan yang berbeda hanya dengan satu pejaman mata. Ia juga membuat gue sadar betapa cepatnya tahun berganti, umur bertambah dan tren masyarakat berubah. Tanpa disadari, gue udah selesai pada setengah jalan di dunia perkuliahan dan bersiap menaklukan setengah berikutnya.
Menurut gue, waktu punya dua sisi yang berlainan, seperti sisi baik dan jahat. Kadang waktu membuat seseorang bergembira karena pekerjaan, perbuatan atau doanya dijawab olehnya dengan memberikan sesuatu yang mereka impikan. Di sisi lain, waktu seakan membawa kita kembali ke masa yang tak ingin lagi kita kenang bahkan ia sengaja ‘memenjarakan’ kita di sana dan membawa kepedihan dan kesedihan yang nyata.
Waktu juga tak punya batasan yang jelas dan terkesan abstarak. Seperti zaman, apakah satu zaman punya periode tetap? Sekali waktu kita melihat fenomena yang terjadi sekarang mendapat banyak sorotan dan tak sedikit juga yang berucap, “zaman sekarang, gak seperti zaman gue dulu, zaman sekarang moralnya sudah pada rusak.” Padahal jarak antara zaman sekarang dengan zaman orang itu hanya berjarak kurang dari satu dekade. Memang, zaman bisa diartikan jangka waktu tertentu (bisa panjang atau pendek). Tapi apa berarti dalam jangka katakanlah, dua tahun, jika tren dan kebiasaan masyarakat berubah pesat bisa dibilang itu adalah zaman baru? Apakah itu kuasamu, wahai waktu? Membuat pergerakan demikian cepat, menyeret manusia membuat arus baru yang merubah lingkungannya sendiri?
Gue juga menyadari, waktu punya peran penting dalam hidup gue pada khususnya. Ia menjadi salah satu faktor utama dalam membentuk diri serta pola pikir, disamping pengalaman dan usaha kemandirian. Gue yang sekarang berbeda dengan gue setahun lalu atau bahkan berbeda dari lima menit lalu. Sedangkan masa depan masih samar seperti oase padang pasir.
Gue meyakini bahwa hidup pada saat kini adalah yang terbaik. Karena hidup adalah sebuah kepastian yang harus dijalani, sedalam apapun jurang yang menunggu, seterjal apapun batu karang yang menghantam dan setinggi apapun benteng menjulang yang menghadang, hidup adalah hidup, sebuah konsep perjalanan yang ditemani waktu sebagai pendamping. Dan perjalanan ini akan menghanyutkan kita menuju akhir yang abstrak dan penuh pengharapan.
Karena hidup di masa lalu hanya menimbulkan aura pesimisme. Membuat pikiran berkutat dengan penyesalan. Tiap keping kenangan hanya melahirkan kekecewaan. Kenangan manis yang terlintas terlalu sayang untuk dibuang dan kenangan pahit yang membelenggu terlampau sakit untuk terjadi kembali.
Hidup adalah sebuah proses. Dimana masa lalu merupakan ‘literasi’ pribadi untuk pembelajaran dan jadikan masa depan sebagai sebuah rancangan, bukan kepastian. Berharap dengan ‘literasi’ tersebut akan menjadi sesuatu yang berharga pada saat yang akan datang.
Speaking about time
What we have is just present
The past is history and the future is none of ours
Life goes on, but still not yet on our own
What will be, will be
What should be then, let it be
We’re here in the present, no other time than now
Referensi:
- Pemikiran dan kegelisahan pribadi
- dkelana.wordpress.com/2010/09/06/konsepsi-waktu/
Sebagai anak rantau, gue semakin menyadari betapa berharganya waktu. Bahkan unutk sepersejuta detik pun gue berusaha menikmatinya. Acap kali saat libur semester tiba, dan rumah menjadi destinasi liburan terbaik, waktu seakan menjadi ‘barang mahal’ dibanding apapun di dunia, bahkan berlian termahal pun tak mampu menyainginya. Waktu seakan mendekap diri gue erat dalam ikatan kebersamaan keluarga. Gue sadar, saat seperti itu gak berlansgung selamanya -pada kondisi ini. Semua kehangatan itu dapat sirna hanya dalam hitungan menit. Keinginan menghentikan waktu hanya berupa angan belaka yang mungkin juga terbesit dalam pikiran beberapa orang. Prinsipnya kuat, waktu akan terus berjalan sampai sang Pencipta yang menghentikannya.
Waktu terkadang membuat gue merasa tergelitik, ketika sadar berkatnya gue dapat berada di dua tempat berbeda, dua situasi kehidupan yang berbeda hanya dengan satu pejaman mata. Ia juga membuat gue sadar betapa cepatnya tahun berganti, umur bertambah dan tren masyarakat berubah. Tanpa disadari, gue udah selesai pada setengah jalan di dunia perkuliahan dan bersiap menaklukan setengah berikutnya.
Menurut gue, waktu punya dua sisi yang berlainan, seperti sisi baik dan jahat. Kadang waktu membuat seseorang bergembira karena pekerjaan, perbuatan atau doanya dijawab olehnya dengan memberikan sesuatu yang mereka impikan. Di sisi lain, waktu seakan membawa kita kembali ke masa yang tak ingin lagi kita kenang bahkan ia sengaja ‘memenjarakan’ kita di sana dan membawa kepedihan dan kesedihan yang nyata.
Waktu juga tak punya batasan yang jelas dan terkesan abstarak. Seperti zaman, apakah satu zaman punya periode tetap? Sekali waktu kita melihat fenomena yang terjadi sekarang mendapat banyak sorotan dan tak sedikit juga yang berucap, “zaman sekarang, gak seperti zaman gue dulu, zaman sekarang moralnya sudah pada rusak.” Padahal jarak antara zaman sekarang dengan zaman orang itu hanya berjarak kurang dari satu dekade. Memang, zaman bisa diartikan jangka waktu tertentu (bisa panjang atau pendek). Tapi apa berarti dalam jangka katakanlah, dua tahun, jika tren dan kebiasaan masyarakat berubah pesat bisa dibilang itu adalah zaman baru? Apakah itu kuasamu, wahai waktu? Membuat pergerakan demikian cepat, menyeret manusia membuat arus baru yang merubah lingkungannya sendiri?
Gue juga menyadari, waktu punya peran penting dalam hidup gue pada khususnya. Ia menjadi salah satu faktor utama dalam membentuk diri serta pola pikir, disamping pengalaman dan usaha kemandirian. Gue yang sekarang berbeda dengan gue setahun lalu atau bahkan berbeda dari lima menit lalu. Sedangkan masa depan masih samar seperti oase padang pasir.
Gue meyakini bahwa hidup pada saat kini adalah yang terbaik. Karena hidup adalah sebuah kepastian yang harus dijalani, sedalam apapun jurang yang menunggu, seterjal apapun batu karang yang menghantam dan setinggi apapun benteng menjulang yang menghadang, hidup adalah hidup, sebuah konsep perjalanan yang ditemani waktu sebagai pendamping. Dan perjalanan ini akan menghanyutkan kita menuju akhir yang abstrak dan penuh pengharapan.
Karena hidup di masa lalu hanya menimbulkan aura pesimisme. Membuat pikiran berkutat dengan penyesalan. Tiap keping kenangan hanya melahirkan kekecewaan. Kenangan manis yang terlintas terlalu sayang untuk dibuang dan kenangan pahit yang membelenggu terlampau sakit untuk terjadi kembali.
Hidup adalah sebuah proses. Dimana masa lalu merupakan ‘literasi’ pribadi untuk pembelajaran dan jadikan masa depan sebagai sebuah rancangan, bukan kepastian. Berharap dengan ‘literasi’ tersebut akan menjadi sesuatu yang berharga pada saat yang akan datang.
Speaking about time
What we have is just present
The past is history and the future is none of ours
Life goes on, but still not yet on our own
What will be, will be
What should be then, let it be
We’re here in the present, no other time than now
Referensi:
- Pemikiran dan kegelisahan pribadi
- dkelana.wordpress.com/2010/09/06/konsepsi-waktu/