source: google.com |
Topik yang satu ini emang gak ada habisnya untuk dibahas. Selain tak lepas dari kehidupan manusia, ya, kisah tiap orang yang merasakannya juga berbeda-beda. Kesempatan kali ini gue akan sedikit berkicau tentang (lagi-lagi) cinta.
Sejujurnya cinta ini punya banyak bentuknya, mulai dari cinta kepada Tuhan, orang tua, kakak, adik, sahabat, teman, kekasih hingga mantan kekasih. Namun untuk bahasan kali ini gue lebih terfokus pada salah satu bentuk cinta, yaitu kepada kekasih.
Bahkan menurut gue cinta merupakan suatu yang abstrak. Ia tak punya arti sesungguhnya untuk dijabarkan. Karena ia punya sejuta tafsir tergantung siapa dan bagaimana ia menerjemahkan arti kata cinta. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia dan bertambahnya pengalaman dengan cinta, pengertian seseorang akan kata cinta pasti akan berubah. Seperti ketika anak SMP bilang ke gue kalau ia sedang jatuh cinta, gue akan berpikir kalau apa yang ia rasakan itu cuma sementara dan dia itu hanya sekedar ‘suka’ dengan lawan jenisnya. Sederhananya; cinta, monyet. Eh, cinta monyet maksudnya. Sedangkan apa yang anak itu rasakan mungkin ia benar-benar gak bisa jauh dari orang yang dia suka, merasa bahwa orang itu adalah alasan kenapa ia dilahirkan, merasa bahwa mereka akan terus bersama hingga Fir’aun bangkit dari kubur. Apa yang mereka rasakan itu ialah sesuatu yang lumrah bagi orang yang sedang dimabuk cinta. Setidaknya itulah yang dirasakan oleh mereka yang.. Belum pernah patah hati.
Bagi mereka yang sudah berkali-kali merasakan yang patah hati, tiap seorang yang datang dan berusaha memberikan cintanya, ia pasti akan lebih ‘waspada’ dari sebelumnya. Kewaspadaan itu bisa dituangkan dalam bentuk menguji kesabaran orang itu misalnya. Hanya sekedar memastikan bahwa orang itu benar-benar serius karena sebelumnya sudah kenyang dengan namanya dikecewakan.
Kata orang, awal umur 20-an merupakan masa-masa dimana seseorang mencari jati diri mereka. Mencari tujuan hidup mereka. Meluruskan apa yang salah dalam hidup mereka. Termasuk dalam menetapkan atau mempertahankan siapa yang kelak menjadi pendamping hidup (bukan lagi pacar, tapi kalau pacaran dulu juga gapapa, gak nolak). Dan hal demikian yang gue alami. Keraguan gue dalam menetapkan suatu pilihan membawa gue kepada perpisahan yang baru.
Satu hal yang sebenarnya sudah termasuk dalam kesepakatan apabila dua insan manusia memutuskan untuk menjalin hubungan lebih jauh (pacaran atau pernikahan). Sebuah kesepakatan tersirat sehingga banyak orang yang pada akhirnya membenci perpisahan, padahal sejak awal sebenarnya mereka tahu kalau perpisahan itu akan tiba, karena pada hakikatnya perpisahan selalu menjadi bagian dari pertemuan. Sisanya, hanya bagaimana perpisahan itu datang, dengan pertengkaran, diskusi baik-baik (walaupun gak ada yang namanya pisah baik-baik) atau bahkan kematian.
Sekarang pandangan gue tentang cinta sedikit berubah. Cinta bukan lagi melulu tentang harus memiliki, melainkan cinta adalah sebuah anugerah. Anugerah yang esensinya berbeda tiap mereka yang merasakan. Bagi gue, bisa mencintai seseorang tanpa harus dicintai balik itu udah termasuk sebuah anugerah. Setidaknya gue punya satu sosok untuk gue tuju. Juga gue bisa belajar lagi caranya menjadi setia, bertahan pada pilihan hati walau entah bagaimana ke depannya.
Tiap cinta pasti hadir dengan kesedihan, pilu, pelajaran berharga, hingga perpisahan. Namun itu semua bersembunyi dibalik kebahagiaan yang dibawanya. Kita tak akan tau bagaimana rasanya patah hati sampai kita sendiri merasakannya dan kalau patah hati yang sama kembali datang, kita bisa lebih siap menghadapinya.
Di dunia ini, yang sempurna hanyalah lagu Andra and The Backbone. Sisanya tak ada orang yang sempurna. Yang ada adalah ia yang pantas untuk dicintai dan dipilih. Jatuh cintalah dengan didukung keyakinan dan kesungguhan hati karena itu merupakan salah satu kunci dalam mencintai.
Menurut gue, definisi kita akan cinta akan terus berevolusi seiring berjalannya waktu. Karena cinta bukan hanya sebatas saling memiliki, bukan terus tentang patah hati, bukan juga selalu tentang membahagiakan dan dibahagiakan. Cinta itu adalah kehidupan. Tak bisa dipisahkan dan tak bisa dihindari kedatangannya. Bahkan, kita juga tak bisa munafik padanya. Sejatinya tiap cinta yang hadir datang dengan kejujuran.
Sebagai penutup gue mengucapkan terima kasih untuk tiap orang yang pernah datang untuk mencintai dan rela dicintai. Terima kasih untuk tiap pengalaman yang tak akan terulang. Terima kasih untuk berbagai pelajaran berharga yang gue dapat. Dan terima kasih telah mengingatkan gue akan berbagai kekurangan diri gue, juga secara tidak langsung menyadarkan diri gue untuk menjadi orang yang terus berusaha memperbaiki diri dalam tiap menit hidup gue.
Sebenarnya tulisan ini termasuk salah satu tulisan random gue dengan tujuan asli untuk membuang-buang waktu dan kuota orang yang baca tulisan ini. Makasih banyak, lho. He-he.
"The best and most beautiful things in this world cannot be seen or even heard, but must be felt with the heart." — Helen Keller
0 comments:
Post a Comment