|
google.com |
Bagian satu.
Berbagai kejuaraan diselenggarakan dengan tujuan setidaknya mampu mengobati kerinduan akan panasnya kompetisi sepak bola nasional. Namun itu semua tetap tak bisa mengalahkan sengitnya sebuah kompetisi dan kerinduan itu terbayar setelah pada tahun ini hadir kembali sebuah liga yang disebut banyak orang sebagai ‘Liga Kopi.’
Sampai akhirnya sanksi FIFA itu dicabut pada kongres FIFA di Mexico City, hanya beberapa bulan sebelum Piala AFF 2016 bergulir. PSSI langsung tancap gas dengan mempersiapkan timnas untuk ajang tersebut. Pelatih Alfred Riedl kembali dipercaya sebagai arsitek utama tim. Namun sayang seribu sayang, entah apa yang ada dipikiran empunya liga sehingga Liga Kopi hanya membatasi kuota maksimal 2 pemain per klub untuk dipanggil ke timnas Indonesia.
Lucu. Ketika seharusnya seluruh masyarakat mendukung timnas, justru hambatan yang datang berasal dari dunia sepak bola itu sendiri.
Tapi tak apalah, nyatanya coach Alfred masih mampu memilih pemain terbaik untuk dimasukkan ke dalam squad Garuda. Semoga ke depannya Liga Kopi diberikan kesadaran akan pentingnya mengutamakan timnas dibanding kompetisi yang tidak ada degradasi dan yang juara tidak berlaga di AFC Cup atau Liga Champions Asia.
Dan akhirnya penantian panjang pun berbuah manis. Kerinduan akan permainan timnas terbayar sudah ketika timnas mulai mengadakan beberapa pertandingan uji coba menjelang Piala AFF 2016. Saya termasuk salah satu yang menyaksikan aksi kembalinya timnas saat uji coba dengan Vietnam di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Bahkan yang saya simpulkan di akhir pertandingan adalah kita punya modal mental yang kuat setelah mampu come back dari ketertinggalan dua gol dan membuat hasil akhir menjadi imbang dengan kedudukan 2-2.
Pemanggilan pemain yang merumput di luar negeri, seperti Stefano Lilipaly dari Belanda, Irfan Bachdim dari Jepang serta Andik Vermansyah dari Malaysia, mampu menaikkan animo supporter yang berharap pengalaman mereka dapat memperbaiki kualitas permainan timnas kita. Meskpun dua dari tiga nama yang saya sebutkan tadi tak bisa menyelesaikan gelaran ini dengan sempurna. Bahkan Irfan harus dicoret menyusul cideranya menjelang turnamen diselenggarakan.
Hasil dari serangkaian uji coba yang cukup baik serta rindu yang tak terbendung akan partisipasi timnas di ajang internasional membuat semua mata tertuju ke Philippines Sports Stadium pada 19 November kemarin. Pertandingan pertama pada AFF 2016 dan juga momen kembalinya timnas pada turnamen resmi harus diawali dengan kekalahan atas salah satu tim kandidat juara, Thailand. Kemudian dilanjutkan dengan hasil imbang melawan tuan rumah Filipina dan dengan luar biasa come back atas Singapura sehingga meloloskan timnas ke fase play-off.
|
AFF 2016. dok.AFF |
Bertemu lawan berat Vietnam di babak semi-final tidak lantas membuat timnas kita ciut. Sebaliknya, gelombang dukungan yang tak ada putusnya membuat semangat timnas membara dan berhasil memukul Vietnam 2-1 pada leg pertama di Stadion Pakansari, Bogor. Mesikpun pada leg kedua para pendukung timnas harus lebih sering menahan nafas karena gempuran 7 hari 7 malam yang dilakukan pasukan Vietnam.
|
AFF 2016. Sumber: google.com |
Lolos dengan agregat 4-2 setelah berhasil menahan imbang 2-2 di kandang Vietnam melawan 10 orang (setelah kipernya yang saya tau ada nama Nguyen-nya) dikartu merah. Dengan dibombardirnya timnas kita oleh 10 orang pemain Vietnam, timbul lagi sebuah pertanyaan, apakah mental juara pemain kita hanya jika kita bermain di kandang sendiri?
Jikalau pertanyaan saya benar adanya, maka saat tau akan berhadapan kembali dengan Thailand di partai final saya sudah bisa memprediksi bahwa timnas akan memetik kemenangan saat bermain di Indonesia. Tinggal pertanyaannya, siapa yang main di kandang terlebih dahulu? Saat jadwal perandingan final keluar, rasa pesimis kembali timbul mengingat Indonesia harus menjalani laga kandang pada leg pertama.
Prediksi saya terbukti tepat, timnas berhasil mempermalukan Thailand dengan skor yang sama kala memukul Vietnam di semi-final lalu. Dan bayangan bahwa mental juara kita tak berlaku saat laga tandang juga terbukti tepat. Timnas Indoesia seakan lesu dan ciut saat menjalani leg kedua di Thailand, sehingga harus rela kehilangan kesempatan merengkuh gelar juara AFF untuk pertama kalinya.
Sepak bola lah yang berhasil menyatukan kita, rakyat Indonesia. Begitu kata sebagian orang jika melihat hiruk pikuk yang melanda negeri belakangan ini. Seakan akhir-akhir ini yang ada di tanah air hanyalah konflik, masalah, perdebatan dan tetek bengeknya. Namun, saat timnas berlaga di Piala AFF 2016 seperti semuanya diistirahatkan. Tak ada lagi perdebatan tentang agama, suku juga ras. Semuanya sepakat untuk bersatu mendukung timnas Indonesia.
Namun kenapa timnas kita masih gagal menjadi juara? Waktu persiapan yang minim saya yakin dapat dimaksimalkan dengan baik. Bahkan jika dibilang sepak bola menyatukan Indonesia, dengan berbagai keyakinan yang ada di negeri ini, dengan Tuhannya masing-masing kita berdoa agar timnas diberi kesempatan mengangkat piala AFF tahun ini, tapi hal itu tak jua terwujud?
Kalau saya beranggapan 200 juta penduduk Indonesia berdoa dengan keyakinan masing-masing, kenapa doa kita masih kalah dengan 67 juta penduduk Thailand yang bahkan belum tentu animo dukungan kepada timnasnya sebesar yang kita berikan kepada timnas kita?
Saya tau masih banyak yang harus di evaluasi pasca turnamen ini berakhir. Efektivitas permainan harus lebih ditingkatkan. Juga beberapa nama di timnas harus di rotasi demi menciptakan komposisi ideal bagi timnas.
Salah satu hal yang saya lihat setelah AFF 2016 berakhir ialah proyeksi komposisi timnas untuk ajang serupa 2 tahun dari sekarang. Hansamu Yama, Evan Dimas, Yanto Basna, Manahati dan pemain muda lain bisa menjadi tumpuan timnas kita di masa depan dan semoga bisa menjadikan mimpi tiap pecinta sepak bola tanah air menjadi kenyataan; berjaya di ajang internasional.
Saya bukanlah seorang pemain sepak bola yang merasakan beban bermain dengan tekanan juara dibenak saya. Bahkan jikalau disuruh bermain, pun saya belum tentu bisa. Saya juga bukan seorang pelatih sepak bola yang tau bagaimana cara meramu strategi yang baik, menyiapkan tim dalam waktu singkat atau kapan waktu yang tepat untuk mengganti pemain dalam pertandingan. Bahkan merakit sebuah tim dalam gim football manager juga saya masih sering menderita kekalahan, apalagi di dunia nyata?
Saya hanyalah seorang pecinta sepak bola tanah air yang rindu akan kejayaan sepak bola Indonesia. Seburuk apapun yang orang katakan tentang timnas, saya selalu berusaha menjaga pikiran positif saya kepada timnas. Saya selalu berpikir kalau kita selalu menjadi Sang Macan Asia. Saya selalu merinding kala menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pertandingan dimulai. Juga air mata saya mampu keluar dengan sendirinya kala timnas mengalami kegagalan yang menyakitkan untuk kesekian kali.
Bukan karena saya terlalu nasionalis, tapi ini semua menyangkut sepak bola dan negara. Dimana sebuah timnas sepak bola adalah hal yang sakral dan selalu diharapkan kemenangannya.
Cukuplah kebanggaan kita akan keberanian Abduh Lestaluhu yang membela harga dirinya dengan tidak mau diremehkan kubu lawan. Saya rasa level kebanggaan kita harus ditingkatkan lagi, yaitu saat timnas kita mampu mempersembahkan gelar juara di ajang internasional dan membuka mata dunia bahwa pesepakbolaan tanah air ada dan menakutkan. Saya rasa itulah kebanggaan yang hakiki.
Sejatinya harapan itu akan terus berevolusi seiring berjalannya waktu dan tidak akan pernah mati sampai generasi berapa pun. Saat timnas kita berhasil merengkuh gelar juara AFF kelak, niscaya selalu ada harapan baru yang muncul, entah itu mempertahankan gelar atau merengkuh gelar pada level yang lebih tinggi lagi; Asia atau bahkan dunia.
Cepat atau lambat, saya selalu percaya akan tiba waktunya kita berada pada level tertinggi dunia sepak bola. Tidak akan pernah surut doa yang saya panjatkan untuk kalian, para pejuang merah putih. Tetaplah jaga asa dan harapan kami yang setia mendukungmu. Dan sertakan mimpi kami saat Garuda terbang tinggi ke angkasa.
Dari yang setia mendukungmu,
Serang, 19 Desember 2016.
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
nb: Tulisan ini memang penuh akan penilaian subjektif, semuanya murni
menurut pandangan dan kegelisahan saya pribadi sebagai seorang pecinta
sepak bola dan penggemar timnas. Jadi tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan pendapat mengenai apa yang tertera di sini. Silahkan berkomentar apabila ada kata atau data yang salah. Salam satu jiwa!